Peringatan Maulid Nabi Muhammad SAW

MAULID NABI MUHHAMAD SAW

12 Rabiul Awwal, ummat Islam mengenalnya sebagai tanggal kelahiran Nabi Muhammad SAW, kala itu belum ada perhitungan tahun, dan baru di tandai dengan adanya peristiwa-peristiwa besar, maka tahun kelahiran Nabi ketika itu bersamaan dengan terjadinya peristiwa penyerangan Ka'bah oleh pasukan bergajah pimpinan Abrahah, sehingga taun itu dikenal sebagai tahun Gajah.
Hingga kini, tanggal kelahiran Nabi Muhammad SAW diperingati sebagai Maulid Nabi, meskipun terjadi perbedaan pendapat diantara ulama. Ada yg menyatakan bahwa peringatan Maulid Nabi itu bid'ah ada sebagian yang menyatakan itu sunnah, masing-masing bersikukuh dengan argumentasinya.
Saya tidak akan membahas apakah maulid itu bid'ah atau sunnah, tetapi ingin menyampaikan tentang esensi dari peringatan Maulid itu sendiri.
Jika merujuk pada salah satu pendapat yang menyatakan bahwa peringatan Maulid pertama kali dilakukan oleh Panglima Sholahudin Al Ayyubi dalam rangkaian perang Salib, penaklukan Yerusalem. Sholahudin Al Ayyubi menjadikan peringatan itu sebagai sarana untuk membangkitkan semangat pasukan perangnya yang ketika itu mulai melemah dan meningkatkan kecintaan kepada Nabi Muhammad SAW.
Sesuai dengan hal itu, maka sesungguhnya esensi dari peringatan Maulid wujud kecintaan kepada Nabi Muhammad dengan meneladani semangat ibadah dan perjuangan beliau.
Namun, seiring waktu, peringatan Maulid mulai kehilangan esensinya. Bahkan tak jarang yang terjadi adalah sebaliknya, menjadi sebuah ironi. Peringatan Maulid menjadi sekedar seremoni yang meninggalkan arti. Hanya peringatan saja, tetapi jama'ahnya meninggalkan sunnah dan teladan Nabi. Ada sebuah masjid, yang melaksanakan peringatan Maulid, mulai dari jam 8 pagi sampai menjelang Dzuhur, diisi dengan berbagai agenda, pembacaan maulid, ceramah hingga di tutup dengan makan bersama, tapi ketika muadzin mengumandangkan adzan, ternyata jamaah pulang dan yang tinggal hanya beberapa orang saja. Atau ada juga masjid yang melakukan peringatan Maulid, namun jamaahnya banyak hingga masjid penuh, namun hanya datang pada saat peringatan Maulid saja sedangkan disaat panggilan sholat 5 waktu, masjidnya sepi, jamaahnya bisa dihitung dengan jari. Inilah yang saya sebut sebagai sebuah ironi. Ironi karena ummat melakukan peringatan Maulid Nabi, seharusnya semakin cinta dengan Nabi, cinta itu wujud dengan meneladani Rasulullah namun yang terjadi justru sebaliknya meninggalkan akhlak Rasulullah, meninggalkan sunnah Rasulullah.
Mari, kita coba menyimak ayat berikut :

Ali 'Imran · Ayat 31
قُلْ اِنْ كُنْتُمْ تُحِبُّوْنَ اللّٰهَ فَاتَّبِعُوْنِيْ يُحْبِبْكُمُ اللّٰهُ وَيَغْفِرْ لَكُمْ ذُنُوْبَكُمْۗ وَاللّٰهُ غَفُوْرٌ رَّحِيْمٌ

Katakanlah (Nabi Muhammad), “Jika kamu mencintai Allah, ikutilah aku, niscaya Allah akan mencintaimu dan mengampuni dosa-dosamu.” Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.
Menurut Syaikh Prof. Dr. Wahbah az-Zuhaili dalam tafsir Al-Wajiz
Katakanlah kepada orang-orang Yahudi: “Jika kamu benar-benar mencintai Allah sebagaimana yang kamu klaim, maka ikutilah aku kepada Islam, niscaya Allah akan membalas kalian, sebab kecintaan dapat menuntun untuk mengikuti tuntunan Nabi dan taat kepada Allah dan rasul-Nya. Allah menutupi dosa-dosa kalian yang telah lampau.” Allah Maha Pengampun atas dosa-dosa hamba-Nya lagi Maha Penyayang kepada mereka. Hasan Bashri berkata: Para kaum pada zaman nabi kami berkata: Demi Allah ya Muhammad, sesungguhnya kami benar-benar mencintai tuhan kami. Kemudian Allah menurunkan ayat ini.
Atau dalam tafsir Al-Muyassar / Kementerian Agama Saudi Arabia
Katakanlah (wahai rasul), ”bila kalian mencintai Allah dengan sebenar-benarnya, maka ikutilah aku,dan berimanlah kepadaku secara lahir dan batin, niscaya Allah akan mencintai kalian, dan akan menghapus dosa-dosa kalian. Sesungguhnya Dia maha pengampun terhadap dosa-dosa hamba-hambaNYA yang beriman lagi maha penyanyang kepada mereka.” Ayat yang mulia ini merupakan pemberi keputusan yang menentukan atas siapa saja yang mengaku dirinya mencintai Allah . Namun tidak mengikuti nabiNYA, Muhammad dengan sebenar-benarnya, dengan menaati dalam perintah dan larangannya, maka sesungguhnya dia adalah seorang pendusta dalam pengakuannya itu sampai dia mau mengikuti rasulullah dengan sebenar-benarnya.
Dari penjelasan 2 tafsir diatas, maka kita dapat mengambil hikmah, bahwa seharusnya esensi peringatan Maulid Nabi adalah meningkatkan kecintaan kepada Nabi Muhammad SAW dan cinta itu tidak hanya dengan lisan namun diwujudkan dengan meneladani Rasulullah, mengikuti sunnah-sunnah Rasulullah dalam kehidupan sehari-hari.
Mari kita kita tingkatkan kecintaan kepada Allah dengan cinta kepada Rasulullah dan mengikuti sunnah-sunnah beliau hingga akhir hayat kita.

Cibitung,12 Rabiul Awwal 1446H
WTT


UA News